Jakarta (26/3). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar memaparkan model kepemimpinan Islam di Indonesia. Hal itu disampaikan pada Sabtu, 25 Maret 2018, dalam acara “Tadarus Kebangsaan” yang diselenggarakan oleh Lembaga Persahabatan Organisasi Islam (LPOI) di Hotel Royal Kuningan Jakarta.
“Pertama, dukungan terhadap keberagaman. Kedua, berkomitmen membangun toleransi, serta ketiga keberagaman dan pemberdayaan umat berjalan beriringan. Terakhir, tidak berpihak pada golongan tertentu,” pungkasnya.
Ia mengungkapkan, bahwa untuk ini semuanya harus inklusif dan tidak dibagi. “Kami bersyukur semua orang menerapkan prinsip inklusivitas saat ini. Menjalankan sesuatu sesuai dengan amanah dalam konstitusi,” pungkasnya.
Contoh nyata yang diberikan, umat Islam berjuang untuk menyelamatkan bangsa dari segala bentuk ancaman musuh. “Ketika para ulama menyerukan bangsa Indonesia untuk melawan penjajahan,” pungkasnya.
Selanjutnya, Terkait peran ormas Islam dalam kegiatan kebangsaan, Boy Rafli mengatakan, pertama-tama perlu melibatkan seluruh lapisan bangsa dan seluruh lapisan masyarakat. “Kedua, hadirkan dan utamakan persatuan di antara perbedaan. Dan perkokoh NKRI di tengah keberagaman kehidupan,” jelasnya.
Ketiga, ormas Islam bersama dan berjamaah membaca ulang sejarah pahlawan dan syuhada dalam mewujudkan cita-cita bangsa. “Misalnya, bagaimana ulama menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan di masa lalu,” imbuhnya.
Keempat, ia mendorong ormas Islam, untuk mengajak generasi milenial selalu mencintai bangsa dan negaranya. “LPOI dan keluarga besarnya perlu menyimpan cerita-cerita kebencian, terutama di media sosial. Agar tidak menjadi generasi yang jauh dari nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman,” pungkasnya.
Kelima, ormas berperan menghadirkan sosok-sosok kebanggaan masyarakat, persatuan dan keragaman. “Bukan sosok yang melupakan sejarah kemerdekaan dan perjuangan bangsa,” pungkasnya.
Keenam, melemahkan pengaruh ideologi transnasional yang bertentangan dengan akar budaya bangsa, “berlawanan dengan ideologi Pancasila dan bertentangan dengan kearifan lokal,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa BNPT mencakup semua umat di tengah perbedaan. Bukan institusi yang menegaskan. Bagaimana merangkul di tengah keberagaman bangsa Indonesia. “Kami berharap, dalam kemajemukan umat Islam, terus dirawat dengan baik, agar tidak ada tempat bagi nilai-nilai Islam yang saling intoleran,” ujarnya.
Menurutnya, pluralisme dalam Islam merupakan nilai yang tak terbantahkan. Untuk itu, BNPT telah menyetujui 5 vaksin nasional. Pertama, pemajuan terus pemikiran kebangsaan terkait 4 konsensus nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua, revitalisasi nilai-nilai Pancasila yang jika ditelaah bersumber dari ajaran agama Islam. “Nilai sila ke-1 sampai sila ke-5, bersumber dari nilai keislaman,” ujarnya.
Ketiga, peningkatan moderasi beragama menjadi kewajiban. Keempat, mendorong penguatan budaya Indonesia. “Kelima, mendukung upaya pembangunan kesejahteraan sosial untuk mewujudkan negara yang baldatun thayyibun wa rabbun ghafur.Sehingga, tidak ada yang merasa dikucilkan. Yang ada adalah orang yang membela NKRI,” pungkasnya.